Panduan Menulis Berita Bencana ala Indonesia Jadi Kau Kehilangan Empati dan Ketagih Mengksploitasi Mangsa - VICE

Sebab itu menangis adalah"drama"kegemaran untuk penonton

Mereka kesedihan adalah sebuah tajuk berita yang bisa meraih dalam banyak klikSorot memegang kamera untuk wajah-wajah para keluarga korban menangis histeris. Jangan lupa, jika ada wanita korban, pilih yang paling menarik. Eksploitasi dia latar belakang, kekasihnya, terutama jika mangsa hampir menikah. Menganggap kisah cinta mangsa sebagai makan besar-besaran, jangan khawatir tentang trauma beliau orang yang paling dekat. Jika ada mangsa penyakit, mungkin ia adalah akibat dari perbuatan orang berdosa yang melakukan tindakan laknat di tempat kejadian sebelum kecelakaan terjadi. Bisa menjadi bencana ia adalah hukuman karena di tempat itu sebelumnya berleluasa judi atau pelacuran.

Jangan lupa untuk juga mengemukakan ramalan omong besar dari pakar di supernatural.

Kita hidup di Indonesia, bangsa yang suka hal mistik dan ghaib. Katakan semua penonton tak mengerti sains.

Jika kau seorang pekerja media, memberikan berita tentang penglihatan necromancer setelah bencana terjadi.

Tidak peduli bagaimana dihancurkan hati kekasihnya

Atau jika anda ingin lebih hebat lagi membuat semua artikel kombinasi antara sains dan hal-hal supranatural. Menterjemahkan tidak teratur hasil penyelidikan pakar tentang potensi bencana, buat laporan saintifik harus menjadi besar mulut dengan gelaran clickbait karena panik adalah rempah-bumbuh enak berita tentang bencana. Lebih banyak orang panik, kemudian berita yang lebih berjaya. Jika liputan bencanamu masih kurang menarik, kurang dramatis, menemukan siapa pun untuk komen. Pilih orang-orang yang terkenal. Selebriti penting untuk mengulas tentang bencana. Peguam Hotman Paris sebagai contoh, karena apa pun dia kata pasti untuk menjemput klik tidak peduli sama ada dia memahami gempa bumi atau kecelakaan kapal. Merawat berita bencana seperti hiburan. Jika tidak, menunjukkan perjalanan api konflik antara Ratna Sarumpaet mencabar Luhut Pandjaitan argumen. Walaupun lengah seperti ini zero bahan, tetapi hasilnya akan rame. Bersenang-senang Seru. Di belakang bencana, kita harus sibuk mencari untuk seru-seru. Oh ya, tidak lupa, Jakarta adalah segala-galanya, Jakarta adalah pusat. Kemudian, di mana-mana bunyi-pegawai di Jakarta adalah paling utama. Jika bencana wujud dalam kawasan yang sukar untuk mencapai, maka tak perlu repot-repot sana. Aceh, Mentawai yang banyak, tidak untuk menyebut sukar untuk sampai. Hanya meminta pegawai di Jakarta, jika orang jawaban"bantuan yang telah diberikan", maka ia bermakna bantuan yang telah diberikan dan rasa mangsa bencana baik-baik saja. Tidak perlu pengiring pengendalian post-bencana, karena yang paling penting dari bencana adalah bencana itu, setelah itu, pembaca dan penonton tak akan tertarik, tidak akan lagi ada satu klik. Orang ramai, sekurang-kurangnya ia seolah-olah dari Twitter, sudah bosan dengan cara media-media di Indonesia dilindungi tragedi. Jadi dia inspirasi liputan bencana di Thailand umum di Tanah Air awal bandingkannya dengan sikap media kami pada masa ini apabila pemberitaan saat malang manusia. Tragedi dan bencana adalah komoditisetidaknya itulah yang dikatakan oleh seorang wartawan kanan Kompas, Ahmad Arif yang juga menulis buku Jurnalisme Bencana alam, Bencana Jurnalisme. Arif menulis kritikan cara media di Indonesia, pakej berita bencana di laman web penyelidikan institut media, beberapa waktu, dan akhir dari dua puluh empat belas kemudian, hanya beberapa hari setelah acara kecelakaan pesawat Udara Asia di Laut Jawa. Arif berkata, salah satu masalah utama pemberitaan bencana di Indonesia terletak di bagaimana media bertujuan untuk memberitakan hal-hal yang dramatis untuk melahirkan simpati publik dan membantu.

Sebagai contoh, banyak editor sedar menekankan menangis, darah-darah, atau sayangnya, tubuh korban.

Pertanyaannya, sama ada benar-benar perlu awam cara untuk meningkatkan kesadaran bencana.

Perspektif adalah mengkritik Arif."Aku tak setuju dengan itu pendekatan, karena dengan begitu orang ramai boleh imun, boleh lakukan dengan kejadian itu. Bukannya simpati yang dia bisa, tapi trauma yang sebenarnya teruk yang membuat (awam-ed) tidak peduli tentang kematian,"Arif berkata ketika dihubungi NAIB Indonesia."Jika televisyen pertama yang banyak mendedahkan, yang sekarang adalah tepat banyak online media."Pengerusi Alliance Bebas Wartawan (AJI), Abdul Manan melahirkan kebimbangan yang sama. Manan dinyatakan apabila media adalah jahil pada fokus untuk kepentingan publik, yang kebetulan jurnalistik dalam masa bencana hanya mengksploitasi mata yang lemah orang-orang yang telah terkena musibah."Dengan mengekspos dia kesedihan.

Untuk orang lain hanya bisa menjemput simpati, tapi korban itu sendiri adalah bahawa ia tidak dipanggil kedua bencana."kata Manan di SEBALIKNYA."Jika media hanya mengungkapkan hal-hal yang pinggir, tidak penting, media tidak menjejaskan apa-dasar yang harus diambil oleh kerajaan."Di akhir, seluruh media, termasuk kami dalam BEGITU, harus mencerminkan ketika memutuskan untuk menutup bencana.

Yang lebih penting dan yang penting, untuk Menggalakkan perubahan dalam kebijakan publik atau mendapat keuntungan dari trauma mangsa."Dalam konteks bencana yang paling penting adalah pendidikan awam dan bagaimana kita belajar untuk menjadi lebih bersedia dalam bencana apa-apa, kata Arif.

'Karena ini masalah hidup dan mati.